IMG-20241026-WA0026

Foto Ilustrasi

Ekonomi dan Kontrol Data (4)

BERSAME.COM - Mari kita lanjutkan Homo Deus, keinginan manusia menjadi Tuhan. Harari juga menyoroti fenomena yang disebutnya sebagai ekonomi data dan bagaimana hal ini akan mempengaruhi kekuasaan di masa depan. Harari melihat, di era teknologi canggih, data menjadi "komoditas" yang sangat berharga. Bahkan, lebih bernilai dari pada minyak atau emas. Siapa pun yang menguasai data, mereka akan mengendalikan dunia. Beda dengan duly, siapa menguasai informasi, bisa taklukan dunia.

Harari menyebut,  di masa depan, kekayaan dan kekuasaan tidak lagi sepenuhnya tergantung pada kepemilikan fisik, seperti tanah, pabrik, atau sumber daya alam, tetapi lebih pada akses dan kontrol terhadap data. Misalnya, perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Facebook, Amazon, dan Tencent, bukan hanya sekadar platform, mereka mengumpulkan data pribadi miliaran orang dari seluruh dunia. Data ini digunakan untuk memprediksi, mempengaruhi, dan bahkan mengendalikan perilaku manusia, dari cara kita belanja hingga cara kita memilih dalam pemilu.

Harari memprediksi, di masa depan, dua tren besar bakal menentukan ekonomi dan politik dunia: 1) siapa yang menguasai data, dan 2) bagaimana data tersebut digunakan. Perusahaan teknologi besar yang punya akses ke data pribadi akan lebih berkuasa dari pada banyak pemerintah. Dengan data, mereka bisa memprediksi kebutuhan masyarakat, mendesain produk yang tepat, atau bahkan mempengaruhi opini publik dan keputusan politik.

Harari juga menggambarkan bagaimana penguasaan data bisa memberi kekuasaan yang luar biasa besar kepada mereka yang memilikinya. Dia ngasih contoh soal pemerintah atau korporasi besar yang bisa menggunakan data kita untuk memahami kebiasaan, minat, bahkan emosi kita secara lebih baik daripada kita sendiri. Di sinilah letak kekuatannya. Bukan lagi soal tank dan senjata, tapi soal algoritma yang tahu segala sesuatu tentang kita.

Jika data bisa dipakai untuk memprediksi dan mengontrol perilaku manusia, kita mungkin melihat pergeseran kekuasaan dari pemerintah demokratis yang dipilih rakyat, ke perusahaan teknologi raksasa yang bisa mengontrol informasi dan manipulasi data. Harari memberi contoh soal algoritma yang bisa "memutuskan" pilihan kita sebelum kita sendiri sadar mau pilih apa. Ini berarti kekuasaan tidak lagi bersumber dari senjata atau angkatan bersenjata, tapi dari informasi dan kemampuan untuk memanfaatkan data tersebut.

Masalah utama yang disorot Harari adalah bahwa kekuasaan data ini bisa mengancam kebebasan individu. Saat kita menyerahkan terlalu banyak informasi pribadi ke tangan korporasi atau pemerintah, kita sebenarnya juga menyerahkan sebagian kendali atas hidup kita. Algoritma yang semakin cerdas bisa mengetahui apa yang kita inginkan, mungkin bahkan sebelum kita tahu. Ini berpotensi menciptakan sistem di mana manusia kehilangan kendali atas hidupnya sendiri karena keputusan mereka diarahkan oleh sistem yang didasarkan pada data pribadi.

Harari memperkenalkan konsep dataisme, yaitu pandangan bahwa data adalah segalanya. Di era sebelumnya, kita hidup dalam sistem yang sangat human-centered, di mana manusia adalah pusat dari segala keputusan ekonomi dan politik. Tapi di era data, manusia bisa dianggap hanya sebagai produsen data. Data yang kita hasilkan dari penggunaan internet, media sosial, aplikasi kesehatan, belanja online, semuanya menjadi bahan bakar utama untuk peradaban baru ini.

Menurut Harari, data lebih penting daripada individu. Artinya, keputusan besar yang mempengaruhi kehidupan kita mungkin tidak lagi diambil oleh manusia, tapi oleh algoritma yang berdasarkan pada pola data yang diambil dari jutaan orang. Ini bisa bikin kita mikir, "Apakah di masa depan, kita benar-benar masih jadi subjek yang bebas, atau cuma sekedar titik data yang digerakkan oleh sistem algoritma?"

Harari mengingatkan kita bahwa di masa depan, data adalah senjata paling ampuh. Siapa yang menguasai data akan menguasai dunia. Tapi di balik semua potensi hebat dari ekonomi data, ada ancaman besar terhadap kebebasan dan hak privasi kita. Harari seolah ingin bilang, "Hati-hati, kemajuan teknologi bisa membawa kita ke dunia di mana manusia kehilangan kontrol atas hidupnya karena semuanya dikuasai oleh algoritma dan data." Pertanyaannya, apakah kita siap dengan realitas ini? (Bersambung lagi)


Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar


Komentar As:

Komentar (0)